[metaslider id="353"]

HMJ PBA Gelar Bedah Buku “Sapere Aude: Berani Ambil Keputusan Sendiri”

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa Arab (PBA) telah mengadakan acara bedah buku yang bertajuk “Sapere Aude”, pada Rabu (28/2) dan bertempat di Teater Prof. Zakiyah Djarat, Lantai 1 Gedung Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Dalam acara bedah buku ini, diisi oleh penulis buku Sapere Aude, Budi Sugandy dan pembedah buku, Ahmad Ginanjar Sya’ban. Mahasiswa yang datang ke acara tersebut berasal dari berbagai fakultas di UIN Jakarta.

Budy menjelaskan, arti dari Sapere Aude adalah, berani mengambil keputusan sendiri. Sapere  Aude menceritakan seorang anak laki-laki yang berasal dari Toli-Toli, Sulawesi Barat (Sul-Bar), bernama Gilang yang mendapat beasiswa ke Yogyakarta. Kemudian mendapat beasiswa ke Jerman. Saat Gilang ke Jerman, ia bertemu dengan tiga sosok wanita yang menarik hatinya. Di novel ini, akan menceritakan pergolakan hati Gilang yang harus memilih di antara tiga wanita tersebut.

Novel ini juga berlatar tempat di Sulawesi, Yogyakarta dan Jerman. Budy menambahkan, dalam novel ini bukan hanya bercerita tentang cinta. Namun juga toleransi, keberagaman serta nilai-nilai dari seorang Sufi yang bernama Jallaludin Al Rumi. “Alasannya memasukan nilai-nilai tersebut dalam novel, karena lebih menarik dan akan banyak dibaca oleh masyarakat Indonesia, khususnya remaja,” ujar lelaki yang pernah kuliah di Turki ini. Ia menyebutkan, novel “Sapere Aude” dibuatnya bersama seorang penulis bernama Astrid Tito. Menurutnya, tentu karena, Budy merasa Astrid lebih ahli dalam bidang menulis. Budy pun memberikan motivasi kepada peserta yang hadir untuk jangan ragu untuk menulis. “Menulis tidak dibatasi dari mana jurusan berasal. Dengan niat dan ketekunan, pasti akan tecapai tujuan, seperti saya yang lulusan sarjana Pendidikan Matematika, tetapi bisa menjadi penulis,” tuturnya.

Ginanjar mengungkapkan, sangat menyukai isi dari novel tersebut, karena dia merasa novel ini benar-memuat nilai-nilai dari Jallaludin Al Rumi. “Bukan hanya itu, kisah cinta dan romansa dalam novel tersebut, terasa sekali nilai-nilai cinta yang Islami, dan tidak seperti novel romantis kebanyakan,” komentarnya. Ginanjar juga merasa salut akan hasil dari tulisan temannya tersebut, karena dapat menggabungkan antara romansa cinta, toleransi dan keberagaman.

“Nilai-nilai Jallaludin Al Rumi, dalam satu novel yang sangat apik dan mengesankan. Dengan menulis, maka nama seseorang akan selalu dikenang dengan karyanya. Meskipun dirinya telah wafat,” ungkap lelaki yang pernah berkuliah di Kairo ini. Ginanjar juga menyarankan, jika ingin menjadi penulis yang handal, maka harus senantiasa membaca.

Peserta bedah buku, Mabruka Zakirah Azzahrah mengaku, alasannya untuk mengikuti acara ini adalah untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat. Mabruka mengatakan, setelah mengikuti bedah buku ini, dirinya terpacu untuk menulis karena penulis dari novel tersebut merupakan seorang penulis yang sukses. “Meskipun bukan dari lulusan yang berhubungan dari bidang menulis, tetapi setiap anak ratau harus mengembangkan serta mengangkat popularitas  daerah asalnya, salah satunya dengan cara menulis  sebuah buku,” ujarnya.

Hal tersebut menambah semangat Mabruka dalam menulis, karena Mabruka sendiri merupakan anak rantau. “Semoga dengan adanya bedah buku ini adalah, agar bisa memotivasi mahasiswa dalam membaca serta menulis dan juga FITK bisa mengadakan acara seperti ini lebih banyak lagi,” ungkapnya. Namun, Mabruka juga ingin, agar harga buku dalalm setiap acara bedah buku dapat lebih murah, atau diberikan potongan harga untuk mahasiswa.

(Alya Safira)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *