Dema UIN Jakarta Gelar Seminar Resmorci Untuk Redam Konflik Antar Agama

Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) UIN Jakarta bekerjasama dengan Insan Cendikia Indonesia (ICI), kemarin Selasa (2/10) telah mengadakan seminar Reacturing Student Movement in Reducing Religious Conflict (RESMORCI) dengan tema “Merajut Fungsi Mahasiswa Dalam Meredam Konflik Beragama”. Seminar yang diadakan di Aula Student Center (SC) ini, dihadiri narasumber yaitu Dr. Media Zainul Bahri yakni Kepala Jurusan Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah, Dr. Hana Amalia handayani D.Min yakni Pendiri dan Ketua Yayasan Pondok Kasih, serta Leithen yaitu Duta Perdamaian Dunia dari Norwegia.
Dalam diskusi ini, Pendiri dan Ketua Yayasan Pondok Kasih, Hana Amaliahandayani mengungkapkan, banyak sekali konflik yang terjadi baik di luar maupun di dalam negeri. Penyebab konflik yang terutama itu adalah kesenjangan sosial dan kesenjangan ideologi. “Kesenjangan sosial terjadi antara kaya dan miskin, terpelajar dan tidak, serta mungkin antara yang mempunyai kekuasaan dan tidak mempunyai kekuasaan,” ujar Hana. Ia menjelaskan, Kesenjangan sosial ini sering kali menimbulkan ketidakadilan sosial. Ada satu jurang pemisah yang terjadi di kesenjangan sosial. Kesenjangan kedua yaitu kesenjangan ideologi seperti dari agama, kultur, budaya dan lain sebagainya. Namun, Indonesia memiliki penawar dari kesenjangan ideologi ini yaitu Pancasila. “Pancasila merupakan ideologi yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh bangsa manapun. Dua kesenjangan ini bisa ditutup dengan pancasila. Indonesia yang beragam ini bersatu karena Pancasila,” ungkapnya. Menurutnya, dengan cinta terhadap sesama makhluk dan patuh kepada Allah maka dua kesenjangan ini dapat teratasi.
Penanggung jawab seminar, Azis Gaffar mengungkapkan, panitia sudah mulai merancang acara ini sejak Juni, seperti mempersiapkan latar belakang pemikiran utnuk kegiatan ini. Dari segi teknis, ia mengaku hanya mempersiapkan selama satu bulan. “Kita membuat seminar ini karena melihat akhir-akhir ini banyak sekali terjadi konflik yang mengatas namakan agama. Maka dari itu kita tertarik untuk mengangkat isu ini dimana tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa jangan sampai isu ini menjadi bahan konflik untuk kita semua,” jelas Azis. Dirinya mengungkapkan, selama mempersiapkan acara ini tentu ada kendala, namun berkat kegigihan panitia semua itu dapat teratasi. Ia berpesan, agar jangan sampai masyarakat menjadikan agama menjadi bahan konflik pada sesama, karena kita hidup di negara Indonesia yang mempunyai Pancasila, sehingga bisa bersatu dengan nilai-nilai Pancasila.
(Syahbaniyah Widyanitamy)