Integrasi Pembayaran Antarmoda di Jakarta

MRT salah satu transportasi dengan pembayaran integrasi. Sumber foto: antaranews.com
Selasa (30/06) kemarin, Gubernur DKI Jakarta yakni Anies Baswedan dan wakilnya yakni Ahmad Riza Patria melakukan penadatanganan Head of Agreement (HOA) dengan wakil menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perwakilan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), dalam kesepakatan penyelenggaraan sistem integrasi pembayaran antarmoda transportasi di DKI Jakarta.
Integrasi pembayaran antarmoda merupakan layanan masyarakat yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, dengan melibatkan tiga perusahaan transportasi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), kemudian dari BUMN, yaitu PT. MRT Jakarta (MRTJ), PT. Transportasi Jakarta (TJ), PT. Jakarta Propertindo (Jakpro) dan PT. Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ).
Dilansir dari CNN Indonesia, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, integrasi pembayaran antarmoda dilakukan untuk memudahkan warga Jakarta dalam berpergian menggunakan transportasi umum, serta agar tarif terjangkau bagi masyarakat. Selain itu, pengintegrasian tersebut juga merupakan ajakan agar masyarakat menggunakan transportasi umum.
“Nantinya integrasi pembayaran akan dilakukan dengan metode Electronic Fare Collection (EFC). Terkait mekanisme pembayaran harus bermuara pada keadilan sosial, yaitu dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat,” jelasnya.
Dirinya berharap, agar layanan tersebut dapat menyadarkan masyarakat untuk menggunakan transportasi umum seperti keadaan pada 1998. Pada saat tersebut pengguna kendaraan umum di jalan raya hanya mencapai 75 persen, sehingga dapat menekan angka kemacetan.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), semester empat, Nada Hanifah mengatakan, sistem pembayaran integrasi tersebut dapat menekan tarif biaya masyarakat yang sering menggunakan kendaraan umum.
“Jika dilihat dari segi kebutuhan, Jakarta termasuk daerah dengan biaya hidup tingi di mana kebutuhan primer, sekunder, dan tersiernya mematok harga mahal yaitu seperti biaya transportasi. Jika biaya transportasi umum dapat ditekan maka akan memperkecil biaya sehari-hari” jelasnya.
(Rizka Amelia)