[metaslider id="353"]

Pro Kontra Wacana Pembukaan Bioskop Saat Pandemi

Perlunya pertimbangan dan persiapan dalam membuka bioskop saat pandemi. Sumber foto: Kumparan


Pada Juli lalu, wacana pembukaan bioskop mencuat, namun ditangguhkan karena meningkatnya kasus Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Kini, pemerintah melalui Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 kembali mewacanakan hal tersebut dalam waktu dekat di DKI Jakarta dengan protokol kesehatan. Alasan untuk meningkatkan imunitas tubuh tersebut pun menjadi sorotan lantaran menuai pro dan kontra.

Dilansir dari Republika.co.id, Anggota Komisi IX (Kesehatan) DPR RI Dr. Hj. Netty Prasetiyani, M.Si., mengatakan, pernyataan Juru Bicara Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita tentang pembukaan bioskop yang dapat meningkatkan imunitas, karena memberi rasa bahagia itu berlebihan.

“Kenapa hiburan harus dengan bioskop? Masih banyak cara lain. Lagi pula, dengan kecanggihan era digital saat ini, masyarakat dapat mengakses beragam film hanya melalui smartphone atau TV berlangganan tanpa harus ke bioskop,” ujar Netty saat dikonfirmasi Republika.co.id, Kamis (27/08).

Netty melanjutkan, regulasi pembukaan bioskop harus mengatur soal jam tayang, kapasitas ruang, pembelian tiket, dan implementasi protokol kesehatan secara ketat karena keselamatan rakyat harus jadi prioritas. Pastikan juga wacana tersebut bukan semata karena tekanan industri demi alasan pemulihan ekonomi.

“Pembukaan bioskop belum memiliki urgensi, bukankah kita masih berjuang melawan Covid-19, kenapa justru bioskop yang rentan menjadi klaster baru dibuka?,” ujarnya.

Dirinya menekankan, prioritas program pemerintah harus ada penguatan sistem kesehatan sebagai akar permasalahan. Pasalnya, penguatan ekonomi baru bermakna jika keselamatan rakyat terjamin.

Mahasiswa FDIKOM, Jurusan Jurnalistik, semester tiga, Gilsy Lideri mengatakan, pembukaan bioskop memang dapat berdampak positif bagi ekonomi seperti meningkatnya penjualan toko di sekitar bioskop, namun dampak negatif bagi kesehatan pun cukup besar.

“Hal tersebut karena pertimbangan pada awal Juni 2020, Achmad Yurianto yang saat itu sebagai Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 menyatakan, sekitar 80% Orang Tanpa Gejala (OTG) ditemukan,” tuturnya.

Menurutnya, bioskop adalah ruang tertutup yang berisiko menimbulkan lebih tinggi penyebaran Covid-19 daripada ruang terbuka, selaras dengan pernyataan World Health Organization (WHO), bahwa Covid-19 dapat bertahan dan menyebar di udara, terutama dengan sirkulasi udara yang buruk.

“Masyarakat pasti memiliki alasan pribadi untuk tidak ingin ke bioskop, begitu pun pemerintah pasti memiliki alasan untuk membuka bioskop. Bagi kaum milenial yang sudah banyak memilih main keluar, memungkinkan mereka akan tetap berkunjung ke bioskop. Namun, ada juga yang memilih tidak berkunjung karena mempertimbangkan aspek kesehatan,” ungkapnya.

(Falah Aliya)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *