[metaslider id="353"]

Kondisi Kesehatan Pasca Bencana, Bagaimana Pemenuhan Gizi Darurat Masyarakat Indonesia?

Ilustrasi Donasi untuk Pemenuhan Gizi Darurat. Sumber: idntimes.com


Awal tahun 2021, Indonesia diwarnai dengan bencana alam yang silih berganti seperti gempa, banjir, tanah longsor, gunung merapi dan juga pandemi yang masih belum berakhir. Kesehatan bangsa Indonesia masih menjadi fokus utama untuk diselesaikan. Pemenuhan gizi utamanya, di tengah kondisi darurat bencana menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan.

Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) bidang Ilmu Gizi, Dr. Febrianti, M. Si., mengatakan, pemenuhan gizi melalui makanan dan minuman sangat penting untuk hidup, terutama di kondisi darurat bencana seperti sekarang. Pada saat hari pertama terjadi bencana, pemenuhan gizi dilakukan dengan penyediaan dan pendistribusian keduanya disertai kebutuhan dasar hidup yang  lain dengan standar untuk mempertahankan hidup terlebih dahulu.

“Pemenuhan gizi darurat di Indonesia dilakukan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 18 Tahun 2009. Pendistribusian paket pangan terdiri dari beras sebanyak 0,4 kilogram, lauk-pauk, mie instan tiga bungkus, kecap 150 ml dan air minum empat liter,” kata Febrianti.

Dirinya menambahkan, jika beras diganti dengan pagan pokok jenis lain, maka harus diganti dengan pangan yang kalorinya sejumlah dengan beras 0,4 kilogram. Paket pangan tersebut diperuntukan untuk satu jiwa, satu hari dan dapat disiapkan menjadi makanan siap saji di lokasi penampungan sementara.

Anggota Departemen Seniora, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Aura Salsabila Humaerah mengungkapkan, untuk pemenuhan gizi darurat harus membutuhkan pangan dengan nilai gizi yang telah di rancang khusus dan  didistribusikan serta disesuaikan dengan kondisi terakhir bencana terjadi.

“Bentuk dari pangan yang didistribusikan haruslah dapat disimpan dengan waktu yang panjang dan tidak mudah rusak sesuai dengan kondisi posko bencana. Lalu, saat terjadi bencana data korban juga harus diperhatikan, guna penyebaran gizi dengan merata,” ungkapnya.

Dirinya menambahkan, khususnya bayi, orang lanjut usia dan orang yang memiliki riwayat penyakit khusus harus mendapat perhatian utama. Selain itu, pengolahan pangan juga tidak boleh sembarangan dan hal tersbeut harus diketahui oleh relawan yang bertugas agar pemenuhan gizi darurat tetap terpenuhi.

(Kiki Farika G)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *