Hadapi Tantangan Moderasi Beragama Bersama P2MI dan Akurat.co

Suasana saat kegiatan webinar berlangsung
Tantangan sosial yang kian marak, tentunya melibatkan teknologi informasi yang aktif, sehingga berpotensi mengakibatkan degradasi nilai dan rasa sosial kemanusiaan. Maka dari itu, moderasi agama timbul sebagai solusi atas permasalahan tersebut. Berkaitan dengan itu, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM) serta Perkumpulan Pengembangan Masyarakat Islam (P2MI), bersama Akurat.co, mengadakan webinar bertajuk “Dari Tanah Jawara Belajar Moderasi Beragama,” pada Kamis (22/4) melalui Zoom.
Ketua Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Jakarta, Dr. Tantan Hermansah, S.Ag., M.Si. mengatakan, pengetahuan tentang moderasi beragam merupakan hal yang penting untuk dipelajari mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI).
“Dengan mempelajari moderasi beragama, mahasiswa PMI akan banyak berinteraksi kepada masyarakat luas, dimana PMI adalah jurusan yang berkontribusi untuk meningkatkan pengembangan masyarakat Islam dan sistem pembangunan, serta keadilan di Indonesia,” ujarnya.
Dosen PMI UIN Banten, Yanwar Pribadi Ph.D., menjelaskan, dalam pelaksanaan moderasi agama di Indonesia, terdapat masalah besar yang terjadi jika hubungannya menyertakan relasi mayoritas dan minoritas. Hal itu disebabkan kelompok mayoritas, sangat menentukan bagaimana seharusnya kelompok minoritas bertindak dan berperilaku.
“Jika dilihat, Indonesia bukan suatu negara dengan agama tertentu. Akan tetapi, faktanya Indonesia merupakan sebuah negara berpenduduk muslim terbesar. Isu tentang sosial politik yang sering muncul, adalah keterwakilan kabinet keislaman yang sering terjadi dan belum pernah berakhir pada titik moderasi beragama,” jelasnya.
Dirinya menambahkan, ide tantangan moderasi dapat ditarik lebih jauh ke dalam ruang yang lebih besar, yaitu ruang politik. Karena, ruang politik merupakan ruang yang lebih tepat untuk diambil dalam masalah tersebut, yang mana jika mengutip perkatan Aristoteles, “Politik adalah ibu dari moderasi”.
(Juva Salma Chotika)