Perlunya Evaluasi Pemerintah Terkait Tenggelamnya KRI Nanggala 402

Kapal selam KRI Nanggala 402. Sumber foto: republika.co.id
Tanah air kembali berduka, pasalnya kapal selam KRI Nanggala 402, tenggelam di laut sekitar Bali. Seluruh awal kapal dengan total 53 orang dinyatakan gugur, setelah diketahui kapal berada lebih dari 800 meter di bawah permukaan laut dan terbelah menjadi tiga bagian. Sebelumnya, KRI Nanggala 402 dikabarkan hilang kontak atau sublook pada Rabu (21/4) lalu saat menjalani latihan.
Wakil Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), Puja Sagita mengatakan, tenggelamnya KRI Nanggala 402 bukan disebabkan keamanan kapal yang masih kurang, tetapi seperti yang diketahui kapal tersebut telah beroperasi puluhan tahun.
“Perlu ada evaluasi oleh pemerintah, lantaran banyak orang berspekulasi, Kri Nanggala 402 tenggelam disebabkan blackout, human error, dan mati listrik. Akan tetapi, argumen tersebut dibantah pihak Angkatan Laut (AL), lantaran KRI Nanggala 402 tenggelam karena faktor alam,” jelasnya
Dirinya menambahkan, di samping itu, pemerintah dirasa juga telah berperan dan bertindak baik atas peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala 402, karena sudah intensif dan mengerahkan bantuan dari berbagai instansi, sebagai usaha untuk mencari kapal tersebut.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), semester empat, Aliska Putri Maulida menuturkan, tenggelamnya KRI Nanggala 402 bisa jadi karena kendala teknis, pasalnya saat latihan, kapal tersebut langsung menyelam dan hilang kontak. Maka dari itu, perlu dilakukan kajian kembali terkait hal tersebut.
“Melihat musibah yang terjadi, menyadarkan kita untuk memperbanyak ibadah dan berprasangka baik kepada Allah, dengan berpikir positif musibah yang diberikan ialah sesuatu yang baik untuk setiap hambanya. Saya berpesan, agar kita menjaga segala kewajiban sebagai umat muslim, karena kita tidak pernah mengetahui kapan dan dimana kematian menghampiri,” ujarnya.
(Subandi)