[metaslider id="353"]

Hari Kusta Sedunia: Kenali Lebih Dalam Penyakit Kusta dan Pencegahannya

Penyakit kusta. Sumber foto: solider.id


Hari Kusta Sedunia diperingati setiap 25 Januari setiap tahunnya, sebagai bentuk dukungan moral terhadap para penyandang penyakit kusta di seluruh dunia. Peringatan tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan kepedulian, serta kesadaran masyarakat terhadap bahayanya penyakit kusta. Hal tersebut dilakukan, karena hingga saat ini kusta masih menjadi penyakit berbahaya yang sulit untuk diobati.

Dosen Fakultas Kedokteran (FK), Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd., Sp.M.K., mengatakan, pada dasarnya, memperingati Hari Kusta bertujuan untuk menghargai dan menghilangkan diskriminasi kepada para penderitanya. Selain itu, diadakannya hal tersebut juga sebagai bentuk peringatan kepada masyarakat, bahwa penyakit kusta masih ada.

“Kusta adalah penyakit bersifat kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang berpotensi menyebabkan kecacatan untuk penderitanya. Kuman penyebab kusta tidak sama seperti Covid-19 yang sangat cepat memaparkannya kepada seseorang, sedangkan kusta perlu paparan jangka lama namun tetap berbahaya,” jelasnya.

Dirinya menambahkan, sebagai langkah awal pencegahan kusta, higienitas dan juga pola hidup sehat sudah cukup untuk menghindari paparan penyakit tersebut.

Lulusan FK, jurusan Kedokteran, Syifa Silvia, S.Ked., mengatakan, Kusta atau Morbus Hensen memiliki gejala kebas atau mati rasa pada bagian tubuh tertentu, biasanya disebabkan oleh bagian syaraf yang mengalami masalah karena adanya kusta. Selain itu, timbulnya lesi juga sebagai salah satu gejala yang dapat muncul kepada seseorang yang terpapar kusta.

“Sesuai data 2015 sampai 2017, di Indonesia kasus kusta sedang mengalami penurunan meskipun penurunannya sangat lambat. Namun, pada beberapa provinsi di Indonesia kasus terpapar kusta masih stabil, bahkan tidak mengalami penurunan,” ujarnya.

Dirinya menambahkan, orang yang terpapar penyakit kusta dapat disembuhkan dengan waktu sekitar enam bulan sampai dua tahun. Karena waktu pengobatan yang cukup lama tersebut, pasien harus menjalani pengobatan agar tidak terjadi resistensi atau kebal akan antibiotiknya.

(Sastra Yudha)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *